Tato yang Menjaga Semangat Tai Tzu-ying Tetap Membara
RASA kantuk yang amat sangat, masih menyelimuti mata Tai Tzu-ying. Maklum, matahari hangat belum menampakkan sinarnya di Kaohsiung, sebuah kota pelabuhan penting di bagian selatan Taiwan.
Meski masih ditawan kantuk, Tai Tzu-ying yang baru berusia satu tahun tetap bangkit dan mengikuti ayahnya Tai Nan-kai, ibunya Hu Jung, dan kakaknya yang berusia 4 tahun Tai Ching-chieh untuk bermain bulu tangkis di aula Pusat Kegiatan Yancheng.
Tai Tzu-ying yang masih terlalu muda, tentu tidak ikut bermain di bangunan bertembok hijau itu. Dia memilih melanjutkan kantuknya, sering tertidur di atas tas perlengkapan bulu tangkis milik ayahnya.
Bagi Tai Tzu-ying, suara denting shuttlecock pada akhir pekan itu, ibarat nyanyian nyaman pengantar tidur yang menghadirkan mimpi indah menenangkan.
Siapa sangka, bertahun-tahun kemudian, mimpi indah itu menjadi kenyataan. Pukulan shuttlecock Tai Tzu-ying dari tengah lapangan, dipenuhi dengan kegemilangan demi kegemilangan. Tiga kali, Tai Tzu-ying menjadi juara Asia. Dia juga mampu menggondol pulang emas Asian Games Jakarta-Palembang 2018 ke Kaohsiung. Pada 2021, dia juga meraih perak di Olimpiade Tokyo 2020.
Baca selengkapnya...