.
Share this Post:

Sudah 100 Hari Devi Atok Mencari Pembunuh Dua Putrinya

LUKA adalah kekuatan asing yang mengingatkan kita bahwa masa lalu itu begitu nyata. Begitu tulis sastrawan Amerika Serikat Cormac McCarthy.

Saat banyak orang sudah mulai melupakan Tragedi Kanjuruhan, keluarga korban akan sulit sekali melepaskan diri dari ikatan kuat kesakitan, kesedihan, kemarahan.

Tragedi Kanjuruhan sudah berusia 100 hari. Namun bagi Devi Atok Yulfitri, waktu bukan obat yang sangat mujarab untuk menyembuhkan kegetiran jiwanya. Pria asal Desa Krebet, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang itu masih mencari siapa orang yang membunuh dua putrinya di Stadion Kanjuruhan pada malam jahanam 1 Oktober 2022.

"Tiap malam selalu muncul seperti bisikan teriakan-teriakan di telinga saya dari para korban Tragedi Kanjuruhan. ‘Tolong-tolong, minta tolong dibantu’. Makanya, saya sampai titik darah penghabisan untuk selesaikan kasus ini," kata Devi Atok.

Sebagai seorang ayah, Devi Atok tidak pernah membayangkan bakal kehilangan dua buah hatinya dengan cara yang kelewat tragis. Apalagi, dua putrinya yakni Natasya Debi Ramadhani dan Naila Debi Anggraini baru berusia 16 dan 13 tahun saat nyawa mereka tercerabut.

Dalam petaka tersebut, Natasya dan Naila meninggal bersama Gebi Asta Putri Purwoko. Gebi adalah mantan istri Devi Atok yang tewas pada usia 37. Kepedihan inilah yang mendorong Devi Atok untuk terus berjuang sangat keras untuk menuntut keadilan.


Baca selengkapnya...