Sandy Walsh dan Memori Nasi Goreng dari Dapur Nenek
”SAYA pernah berdarah karena sikutan dari (Romelu) Lukaku ketika latihan. Saya tidak pernah marah kepadanya, dia memang pemain yang tangguh,” kata Sandy Walsh mengenang masa juniornya membela klub elite Belgia Anderlecht kepada FIFA.com.
Sejak usia delapan hingga 16 tahun, Sandy menimba ilmu sepak bola di Anderlecht. Sandy sudah memainkan bola sejak balita. Pada usia 6 tahun, dia kali pertama bergabung dengan klub Tempo Overjise selama setahun dan pindah ke ERC Hoeilaart tahun berikutnya.
Bakatnya terdeteksi Anderlecht dalam sebuah pertandingan persahabatan. Berada di akademi dari klub yang paling sering juara Liga Belgia itu membuat skill Sandy terasah. Dari sana juga kemudian dia mendapatkan panggilan membela Belanda U-15 dan berikutnya U-16.
Pada 2011, dia pindah ke klub Belgia lainnya, Genk. Masih bermain untuk tim junior. Dan, panggilan kembali datang dari Belanda U-17 untuk terjun dalam Piala Eropa U-17 2012. Belanda U-17 dipimpin Nathan Ake sebagai kapten dan berhasil menjuarai turnamen itu.
Pengalaman yang mengesankan meski dia lebih sering duduk di bangku cadangan. ”Saya hanya memiliki paspor Belanda ketika itu. Saya memenangkan kejuaraan Eropa bersama beberapa pemain hebat. Jadi, saya selalu bangga bermain bersama mereka,” ujar Sandy kepada English Player Abroad.
Kini, Sandy memilih Indonesia. Dia resmi jadi WNI pada pertengahan November 2022 lalu. ”Saya mendapatkan telepon dari salah seorang asisten Shin Tae-yong, pelatih timnas Indonesia. Bertanya apakah saya tertarik bermain untuk Indonesia. Saya sudah katakan ya sejak tujuh tahun lalu,” ujarnya kepada Eleven Belgium.
Baca selengkapnya...