Mungkin Kita yang Kurang Adil kepada Ronaldo
SAYA akui, saya salah seorang yang paling menikmati kejatuhan Cristiano Ronaldo. Pertengkarannya dengan Erik ten Hag, polemiknya di Manchester United, ditutup dengan wawancara ikonik bersama Piers Morgan. Semua menegaskan apa yang selama ini saya yakini: Ronaldo memang brengsek. Dia egois, semaunya, juga tidak menaruh hormat ke banyak orang. Dan yang terpenting, bagi saya, Ronaldo yang asli hanya Nazario, bukan Cristiano.
Tapi, foto-foto yang menampakkan tatapan nanar Ronaldo di bangku cadangan Portugal pada laga 16 besar Piala Dunia 2022 melawan Swiss, sedikit membuat saya melunak. Saya mencoba melihat berbagai hal dari sepatu sang megalomaniak. Saya, walau tentu tak akurat, coba memahami apa perasaan Ronaldo saat itu.
Apakah dia berpikir bahwa mungkin ini akhir karirnya? Atau dia memikirkan tawaran uang fantastis dari klub Arab? Atau jangan-jangan, dia diam-diam menikmati duduk di bench dan melihat juniornya membantai Swiss seraya membawanya selangkah lebih dekat lagi ke trofi Piala Dunia?
Entahlah, cuma satu yang pasti, secara tiba-tiba, saya merasa bisa bersimpati dengan nasib Ronaldo dalam dua bulan terakhir. Dua bulan yang tentu tidak mudah. Bayangkan, bahkan di timnas negaramu sendiri, di mana kamu tak hanya kapten tapi juga top scorer sepanjang masa, untuk kali pertama kamu dicadangkan. Oh tentu, ini ada andil sikap Ronaldo yang juga dikritik pelatih Fernando Santos. Tapi sebagai sesama lelaki, yang tentu beberapa dari kita mempunyai ego yang berbeda besarannya, saya secara mendadak ikut sedih untuk eks pemain Juventus itu.
Saya membayangkan beberapa skenario di kepala Ronaldo. Pertama, mungkin, membayangkan akan seperti apa karir saya setelah ini. Di usia-usia kepala tiga, kamu akan begitu terbiasa merenung dan berpikir. Saya, yang baru tahun ini berusia kepala tiga, merasakan betul perubahan itu. Kita akan terbiasa diam dan memikirkan banyak hal. Karir menjadi pertimbangan, salah satunya, apakah kelak akan ada perusahaan yang sudi menerima karyawan dengan usia sudah menyentuh angka 30 tahun ke atas? Apakah ini titik usia yang menentukan transisi krusial di hidup saya?
Baca selengkapnya...