.
Share this Post:

Lamine Yamal-Nico Williams, Antara Rasisme, Sumber Harapan, dan Kebanggaan Spanyol

Sepak bola Spanyol memiliki sejarah panjang dan intim dengan rasisme.

“Jika kita kembali ke masa Jenderal Franco (1936–1975), hanya ada sedikit pemain kulit hitam di Spanyol. Sejak sekitar tahun 1990, pemain kulit hitam di La Liga mulai menjadi hal yang wajar. Dengan adanya gerakan ultras, ada banyak masalah dan banyak kekerasan,” ujar jurnalis Spanyol Salva Moya kepada The Athletic.

Pada 1992, suporter-suporter muda Real Madrid meneriakkan “Ku Klux Klan” saat penjaga gawang Rayo Vellecano asal Nigeria, Wilfred Agbonavbare akan menghadapi tendangan penalti. Ku Klux Klan adalah sebuah kelompok supremasi kulit putih ekstrem di Amerika Serikat.

Gelandang asal Afrika Selatan, Quinton Fortune mengalami perlakuan rasis dari rekan satu timnya saat menjalani masa peminjaman di Real Mallorca pada 1995. Saat itu, Fortune masih berusia berusia 17 tahun. Dia mengaku, pengalamannya di La Liga adalah salah satu titik terendah dalam hidupnya.


Baca selengkapnya...