.
Share this Post:

Kisah Ayah yang Menginspirasi Kebangkitan Granit Xhaka

BOOO….” Sorakan itu menggelegar dari setiap sudut Emirates Stadium.

Arsenal melawan Crystal Palace, 27 Oktober 2019. Granit Xhaka yang berstatus kapten diganti pada menit ke-61. Keputusan pelatih Unai Emery didukung suporter di Emirates Stadium.

Cemooh dan umpatan tertuju kepada Xhaka yang berjalan keluar lapangan dengan gontai. Dia digantikan Bukayo Saka. Suporter Arsenal muak dengan seringnya Xhaka melakukan pelanggaran yang merugikan tim, berakibat terkena kartu, dan dinilai kurang bertanggung jawab sebagai kapten.

Sungguh itu kejadian yang belum pernah dia terima selama karier. Apalagi umpatan-umpatan itu datang dari pendukung sendiri. Xhaka frustrasi dan marah. Dia melepaskan ban kapten, melakukan gesture yang memancing emosi penonton, menangkupkan telinganya, lalu memutuskan melepas jersey sembari meninggalkan lapangan dengan lamban.

Momen yang selalu terngiang dalam ingatannya. Setiap wajah yang mencemoohnya masih terukir dalam pikirannya. Bahkan, saat dia menutup mata, tergambar jelas wajah-wajah kebencian yang mengarah kepadanya.

”Saya ingin pergi.” Itulah satu-satunya yang ada dalam pikiran Xhaka kala itu. Performanya tak kunjung membaik dan kecaman dari para penggemar membuat dia berpikir untuk meninggalkan Arsenal.

”Saya sudah selesai di Arsenal. Selesai…” ujarnya via The Players Tribune.


Baca selengkapnya...