.
Share this Post:

Kegetiran Hidup, Menjadikan Marcus Rashford Sosok Tangguh dan Penuh Kasih

EURO 2020 adalah mimpi buruk bagi Inggris. Riuh rendah pendukung Inggris di Stadion Wembley perlahan redup, berganti euforia kegembiraan Italia dan pendukungnya. Inggris gagal berpesta di rumah sendiri. Gelar juara Eropa yang sudah di depan mata, sekejap sirna karena tiga pemainnya gagal mengeksekusi penalti.

Sialnya, tiga pemain The Three Lions yang gagal mengeksekusi penalti adalah tiga sosok muda, tiga pemain yang digadang-gadang menjadi masa depan Inggris. Mereka adalah Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka.

Dan seperti kita tahu, tiga pemain ini menjadi bulan-bulanan fans timnas Inggris. Mereka disalahkan, dijadikan kambing hitam, hingga dijadikan sasaran serangan rasisme.

Berbagai macam cacian berbau rasisme di media sosial terarah pada Marcus Rashford dan kedua rekannya. Bahkan, mural bergambar Rashford di Withington, Manchester, juga menjadi sasaran vandalisme.

’’Saya keluar dan segera memperbaiki apa yang bisa saya perbaiki. Semoga saya segera menemukan seniman (mural) untuk memperbaiki semuanya,” ujar Ed Wellard, salah satu pendiri Withington Walls, kepada BBC.

“Kemarin kami sempat bermimpi, dan ketika kami bangun hari ini harapan kami perlahan pupus. (Melihat kejadian ini) sungguh sangat menyedihkan. Tampaknya rasisme mulai merajalela,” lanjut Wellard.

Beruntung, mural yang dirusak itu segera ditutupi dan diberi tempelan yang berisikan kalimat penyemangat seperti “wonderful human”, “role model”, hingga “hero.”

Tentu ini bukan kali pertama ujaran rasisme terarah kepada Marcus Rashford. Dua bulan sebelum final EURO 2020, kejadian serupa juga menimpa Rashford. Pada final Europa League 2021, Manchester tumbang, gagal merengkuh trofi karena kalah adu penalti melawan Villarreal.


Baca selengkapnya...