Jepang dan Maroko Menunjukkan Ada Banyak Cara untuk Menang
TERLEPAS dari distraksi soal ban kapten pelangi dan isu hak asasi manusia, saya sangat menikmati Piala Dunia 2022 di Qatar. Bukan tentang kejutan demi kejutan, melainkan tentang bagaimana menikmati proses terjadinya kejutan tersebut.
Lihat kejutan pertama dari Arab Saudi. Ketika Argentina yang difavoritkan sebagai salah satu calon juara dunia sudah unggul relatif cepat di awal babak pertama lewat penalti Lionel Messi, disusul setelahnya beragam peluang yang menjadi gol dan kemudian dianulir. Semua terasa begitu mudah bagi wakil Amerika Selatan itu. Tapi sepak bola, seperti halnya hidup, sering menyimpan kejutan.
Arab Saudi menyamakan skor menjadi 1-1 lewat Saleh Al-Shehri, tiga menit usai babak kedua dimulai, yang sontak bikin Argentina bak orang linglung. Mereka tetap dominan, tentu saja. Dengan Messi, Angel Di Maria, dan Lautaro Martinez mengisi lini serang, dominasi adalah keniscayaan. Tapi terasa ada keraguan di situ. Ada seperti rasa takut yang diam-diam menyergap dan bikin kaki-kaki mereka terasa berat.
Keraguan itu dimanfaatkan dengan baik oleh Arab Saudi, hanya lima menit usai gol penyama. Kepanikan usai gagal membuang bola, membuat Salem Al-Dawsari punya kesempatan. Begitu leluasa kapten Arab Saudi itu meliuk-liuk di kotak penalti, melewati Rodrigo De Paul, sebelum melepaskan sepakan silang yang kita tahu kemudian sukses mengejutkan dunia. Itu gol yang mengunci skor 2-1 untuk kemenangan Arab Saudi atas Argentina-nya Messi.
Secara statistik, Arab Saudi yang dilatih Herve Renard, pria Prancis yang melegenda di benua Afrika dengan ciri khas kemeja putihnya itu, begitu inferior. Hanya tiga sepakan secara total, dengan dua di antaranya on target. Tapi dua shots on target itu menjadi gol. Begitu banyak cara untuk menang dalam permainan indah yang membuat kita rela begadang nyaris setiap malam. Dan Arab Saudi tahu caranya di malam itu.
Baca selengkapnya...