.
Share this Post:

Impian Sandro Tonali Jadi Bandiera AC Milan Tinggal Mimpi

PAOLO Maldini penanda cinta dan loyalitas dalam sepak bola profesional. Maldini adalah Milan, dan Milan adalah Maldini. Sejak lahir hingga sekarang, Maldini belum pernah sepenuhnya pergi dari Milan, dan tak pernah menanggalkan seragam kebesaran merah-hitam. Maldini tetap berada di Milan, tak peduli apa yang terjadi dengan Milan. Meski pemecatannya sebagai direktur teknik terjadi secara tiba-tiba, cinta Maldini tetap di sana.

Sulit menemukan sosok seperti Maldini di era sepak bola saat ini. Bahkan, di Italia, Francesco Totti dianggap sebagai the last bandiera. Setia sampai akhir meski banyak godaan datang. Atau seperti Javier Zanetti yang bukan berasal dari Milan, tapi mengakhiri kariernya yang panjang dan gemerlap di Inter Milan.

Sejatinya, Milan punya peluang mendapatkan tokoh seperti itu dalam diri seorang pemain muda yang berasal dari Lodi, Lombardy, bernama Sandro Tonali. Jika Maldini adalah wajah Milan di dekade 1990-an hingga 2000-an, maka Tonali adalah sang calon suksesor. Wajah masa depan Milan. Sayang, Tonali adalah Milan, dan Milan adalah Tonali, tidak terjadi.

Namun cinta dan loyalitas memang kadang tak terbayar sepadan. Maldini tahu rasanya. Pahit, pedih, sakit. Perasaan yang akhirnya mau tak mau akhirnya juga dirasakan Sandro Tonali. Ketika Tonali ditahbiskan sebagai wajah Milan masa depan, sesuatu yang menyakitkan terjadi. Tonali dijual ke Newcastle United ketika dia sudah memandang masa depannya sebagai the flag-bearer seperti Maldini dan Franco Baresi.

Tonali sudah berjuang dan berkorban banyak untuk mewujudkan mimpinya di Milan. Ketika mimpinya sudah terwujud, Tonali bahkan mengatakan bahwa dia tidak akan pergi dari Milan. ”Saya tahu apa yang saya lalui untuk sampai ke sini, dan saya tidak akan pernah membuat kesalahan dengan pergi (meninggalkan Milan). Saya bermimpi menjadi 'bandiera' di Milan,” ujar Tonali dikutip The Athletic.


Baca selengkapnya...