Dua Tahun ke Depan, akan Sangat Menentukan bagi Leo Rolly Carnando dan Daniel Marthin
GELAR juara dunia junior ibarat mahkota berduri yang wajib dipakai oleh para pemain muda Indonesia. Sebuah beban berat yang memendam tumpukan harapan. Bahwa para atlet muda yang mencapai puncak tertinggi di kejuaraan junior, seakan harus menjadi tumpuan utama untuk meraih prestasi besar beberapa tahun berikutnya di level senior.
Gregoria Mariska Tunjung sangat paham akan tekanan itu. Sejak menjadi juara dunia 2017, publik mulai menaruh keinginan besar pada pundak Gregoria. Mereka mulai berharap kepada Gregoria untuk membangkitkan sektor tunggal putri Indonesia yang sudah sangat lama terpuruk.
Beban yang hampir serupa juga dirasakan oleh Rinov Rivaldy, Pitha Haningtyas Mentari, Melati Daeva Oktavianti, hingga Gloria Emanuelle Widjaja. Para peraih gelar kejuaraan dunia junior yang masih belum mampu meraih kejayaan besar yang sama di level senior. Harapan yang sama, juga akan membebani pundak Leo Rolly Carnando dan Daniel Marthin.
Leo/Daniel adalah juara dunia junior 2019. Mereka mengakhiri puasa gelar Indonesia di sektor yang sama dalam 27 tahun terakhir. Kala itu, Amon Santoso dan Kusno berhasil mengalahkan pasangan Indonesia lainnya Namrih Suroto/Sigit Budiarto dalam rubber game 15-11, 12-15, 15-12 di Istora Senayan, Jakarta 1992.
Maka wajar, publik juga menaruh keinginan besar pada pundak Leo/Daniel. Mereka diharapkan menjadi generasi baru ganda putra Indonesia yang mampu berjaya di level dunia.
Tentu saja, gelar juara dunia junior tak lagi menjadi tolak ukur. Titel itu bukan menjadi jaminan bahwa Leo/Daniel akan langsung bersinar di level elite senior. Kegagalan meneruskan kejayaan merupakan hal yang lumrah. Oleh karena itulah, Leo/Daniel ingin memberikan pembuktian.
"Waktu habis juara dunia junior ya langsung ingin cepat adaptasi di senior. Soalnya banyak yang bilang kalau juara di junior belum tentu bagus di senior. Tapi, kita mau buktikan," kata Daniel dikutip dari MNC Portal Indonesia.
"Mungkin banyak yang bilang percuma juara junior, tapi di senior enggak juara. Mending juara di junior dulu kan daripada enggak? Makanya sekalian tunjukin saja kalau bisa juara dua-duanya," lanjut Daniel.
Leo dan Daniel mulai berduet pada 2016 di PB Djarum. Pada tahun yang sama, mereka menjadi juara ganda putra remaja Astec Open di GOR Sumantri Brojonegoro, Jakarta. Itu adalah gelar perdana mereka setelah sebelumnya menjejak empat final.
Beberapa bulan berikutnya, Leo/Daniel juga menjadi juara di Singapore Youth U-17 International Series 2016. Bagi Leo, itu adalah momen indah yang sulit dia lupakan. Leo merasa sangat senang. Sebab, untuk kali pertama dia bukan saja membanggakan nama klub, tetapi juga Indonesia.
Pada 2018, PBSI memanggil keduanya untuk masuk Pelatnas Cipayung. Sebagai pemain nasional junior, Leo/Daniel meraih trofi pertama pada India Junior International 2018. Pada partai final, Leo/Daniel mengandaskan ganda Indonesia lainnya, Pramudya Kusumawardana/Ghifari Anandaffa Prihardika. Seminggu kemudian, pasangan ini menjadi juara di Malaysia International Open.
Daniel mengatakan bahwa Leo adalah salah satu pemain berbakat dan memiliki kualitas permainan depan di atas rata-rata. "Dia bagus sebagai pemain depan dan berbakat juga. Cuma kadang dia ragu-ragu sih, sebenarnya dia punya kualitas di atas rata-rata kan? Tapi dia sering ragu-ragu dan enggak percaya diri. Sebenarnya kalau dia percaya diri, dia bisa lebih dari sekarang," ujar Daniel dikutip dari Sindonews.
Modal itulah yang membuat Leo/Daniel memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi ketika terbang ke Markham, Kanada untuk bertarung pada Kejuaraan Dunia Junior 2018. Mereka memang hanya berada di unggulan ketujuh. Tapi mereka sangat yakin mampu merengkuh gelar. Itu target utama Leo/Daniel.
Sayangnya, keyakinan diri Leo/Daniel yang melambung tinggi, harus terjatuh dengan keras ke tanah. Mereka hanya dapat melaju di babak keempat. Leo/Daniel dikandaskan pasangan Taiwan Cheng Kai-wen/Lu Chih-wei dengan skor yang ketat. Leo/Daniel tumbang dalam rubber game 18-21, 22-20, 18-21. Pertandingan seru itu selesai dalam tempo 58 menit.
Leo jauh lebih beruntung. Sebab dia masih mampu menjadi juara dunia junior ganda campuran. Leo yang berpasangan dengan Indah Cahya Sari Jamil sebenarnya tidak masuk dalam daftar unggulan. Tetapi, mereka mampu mengalahkan kompatriot dan unggulan kedua Rehan Naufal Kusharjanto/Siti Fadia Silva Ramadhanti di final dengan skor cukup nyaman, 21-15, 21-9.
Kemenangan yang tidak disangka-sangka. Selain sebagai non-unggulan, Leo/Indah juga baru dipasangkan tiga bulan sebelumnya.
Leo/Daniel masih sangat menghendaki untuk bisa menjadi juara dunia junior. Rasa penasaran itu semakin memuncak setelah mereka berhasil meraih menjadi juara Asia Junior 2019. Di sisi lain, Leo juga kembali meraih kesuksesan bersama Indah dengan menjadi kampiun Asia Junior.
Leo/Daniel datang ke Kazan Gymnastics Center di Kazan, Rusia sebagai unggulan kedua Kejuaraan Dunia Junior 2019. Mereka hanya berada di bawah pasangan Tiongkok Di Zijian/Wang Chang. Leo/Daniel mengandaskan Di/Wang pada Kejuaraan Asia Junior. Dan kali ini, kedua pasangan itu lagi-lagi bertemu di final.
Pada Minggu 13 Oktober 2019, mahkota berduri itu mulai dikenakan oleh Daniel untuk pertama kalinya dan Leo untuk kedua kalinya. Dalam pertandingan selama 41 menit itu, Leo/Daniel berhasil mengandaskan Di Zijian/Wang Chang dalam straight game sengit 21-19, 21-18. Leo/Daniel menjadi juara dunia junior.
“Ya waktu 2019 targetnya emang juara dunia, soalnya itu kan kalau di junior gelarnya paling bergengsi,” kata Daniel.
Kegemilangan di level junior itu, menjadi titah bagi Leo/Daniel untuk semakin bersinar. Menurut pelatih PB Djarum Sigit Budiarto, Leo adalah playmaker yang bermain dengan pintar. Sedangkan Daniel merupakan pemain belakang yang memiliki gebukan smes keras.
Perjalanan mereka di level senior memang sedikit tertunda oleh pandemi Covid-19. Tetapi secara perlahan, Leo/Daniel mulai mencoba memberikan bukti. Saat turnamen-turnamen kembali terselenggara, Leo/Daniel mencatat kejutan di Thailand Open 2020.
Leo/Daniel sebenarnya tidak masuk dalam tim Indonesia yang berangkat ke Thailand pada turnamen yang diselenggarakan pada Januari 2021 itu. Namun secara tiba-tiba, Kevin Sanjaya Sukamuljo dinyatakan positif Covid-19. Sehingga Marcus/Kevin yang saat itu menjadi ganda putra nomor satu dunia harus mundur. Leo/Daniel datang untuk menggantikan mereka.
Leo/Daniel menjadikan Impact Arena di Nonthaburi, Thailand sebagai ajang pembuktian. Bahwa mereka tidak cuma datang sebagai pelengkap tim ganda putra Indonesia. Bahwa mereka tidak kalah kualitas dengan para senior yang lebih berpengalaman.
Pada babak pertama, Leo/Daniel langsung mengalahkan pasangan Indonesia lainnya, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri. Pada babak kedua giliran unggulan kelima Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang menjadi korban. Leo/Daniel berhasil melaju hingga semifinal sebelum akhirnya disingkirkan pasangan berpengalaman Malaysia Goh V Shem/Tan Wee Kiong.
Leo/Daniel juga terpilih dalam skuad Indonesia di Piala Thomas 2020 yang berlangsung Oktober 2021. Saat itu, Indonesia menjadi juara dengan membekuk Tiongkok 3-0 pada partai final. Leo/Daniel bermain sekali yakni melawan Aljazair pada penyisihan Grup A.
Gelar World Tour pertama Leo/Daniel diraih pada Singapore Open 2022. Gelar yang diraih dengan cara yang tidak mudah. Sebab Leo/Daniel sempat ditarik dari turnamen sebelumnya, Malaysia Open 2022 dan Malaysia Masters 2022. Itu karena Leo sempat mengalami cedera pinggang.
Meskipun mampu kembali bermain, kondisi Leo belum 100 persen. Rasa sakit yang mengganggu, masih sesekali Leo rasakan. Dia juga harus mengonsumsi obat pereda nyeri.
Singapore Open 2022 juga menjadi bukti sahih dominasi ganda putra Indonesia. Saat itu, tercipta All-Indonesian Semifinal di sektor ganda putra.
Pada semifinal, Leo/Daniel mengatasi perlawanan pemain veteran, unggulan kedua, sekaligus idola mereka, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Sempat tertinggal di game pertama dengan skor telak 9-21, Leo/Daniel tampil hebat dengan merebut game kedua dan ketiga dengan skor dramatis 21-18, 22-20.
Pada partai final, saat melawan Fajar/Rian, kondisi pinggang Leo semakin parah. Di game pertama, Daniel sempat bertanya kepada Leo apakah ingin berhenti. Leo menggeleng. Dia tetap memaksakan diri untuk bertanding meski kandas dengan skor telak 9-21. Pasca kehancuran di game pertama, Leo/Daniel bangkit, bermain heroik, dengan merebut game kedua dan ketiga dengan skor 21-14, 21-16.
“Ya Alhamdulillah bisa menang. Kemenangan ini tentu akan lebih memotivasi kami ke depannya. Saya tidak boleh cepat puas dengan kemenangan pertama di world tour ini,” kata Leo dikutip dari siaran pers PP PBSI.
“Tadi juga tidak menyangka bisa juara. Apalagi setelah merebut emas SEA Games Hanoi 2021 kami baru tampil lagi di Singapore Open dan bisa juara lagi. Saya bersyukur dan merasa senang bisa juara kali pertama di BWF World Tour,” imbuh Daniel.
Kemenangan itu membuat Leo/Daniel merasa lega. Apalagi sejak naik ke level senior, mereka lebih banyak terhenti di babak-babak awal. Sejak kemenangan di Singapore Open 2022 itu, Leo/Daniel merasa telah mampu sejajar dengan ganda putra Indonesia lainnya.
Leo/Daniel melalui 2023 dengan dua gelar juara lainnya. Mereka menjadi kampiun secara beruntun pada Indonesia Masters 2023 dan Thailand Masters 2023. Pada Singapore Open 2023, Leo/Daniel gagal mempertahankan gelar. Mereka tumbang di perempat final melawan andalan Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik dalam pertarungan ketat 21-18, 16-21, 20-22.
Berbeda dari tahun lalu, kali ini giliran Daniel yang tidak fit. Siku kanannya mengalami peradangan akibat penggunaan secara berlebihan. Daniel mulai mengalami kesakitan pada Sudirman Cup 2023.
Namun Daniel tidak mau menjadikan nyeri di sikunya sebagai alasan. Kondisi ini, memang menghalangi Daniel untuk mengeluarkan smes-smes mematikan seperti biasanya. Tetapi secara mental, Daniel merasa lebih merasa nyaman ketika bermain daripada harus beristirahat.
“Pokoknya jangan cepat puas, kita juga harus ngejar terus, berjuang terus. Apalagi kita juga masih muda kan. Jadi kita berharap lebih bagus lagi,” kata Leo saat bertanding di Singapore Open 2023.
Impian Leo/Daniel tetaplah sama. Leo/Daniel ingin menunjukkan bahwa mereka tidak hanya hebat di level junior. Mereka juga ingin menjadi pasangan ganda putra yang dahsyat di level senior. Di tengah persaingan ganda putra Indonesia yang sangat ketat, Leo/Daniel memanggul harapan banyak orang untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024.
Pelatih kepala ganda putra timnas Indonesia Herry Iman Pierngadi mengatakan bahwa yang dia lihat dari Leo/Daniel saat ini bukan cuma dari hasil. Tetapi pada pola permainan.
Herry IP mengakui bahwa Leo/Daniel masih belum stabil dan konsisten. Kadang sangat bagus. Tetapi kadang bisa buruk jika sudah kehilangan fokus. Terbaru, Leo/Daniel tumbang pada perempat final Indonesia Open 2023 dengan skor telak. Mereka disingkirkan ganda Korea Selatan Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae dalam straight game, 14-21 dan 10-21. Padahal di babak 16 besar, Leo/Daniel mampu membungkam unggulan delapan asal Malaysia Ong Yew Sin/Teo Ee Yi dua game langsung, 22-20 dan 21-17.
"Dari pola main, Leo/Daniel ini adalah ganda yang mampu melawan segala tipe permainan di dunia. Kalau orang melihat hasil, kalau saya melihat dari cara main mereka," kata Herry IP.
"Leo/Daniel masih butuh banyak waktu, sekarang masih proses. Apalagi mereka yang paling muda. Tetapi meski masih muda tetapi progres mereka cepet, adaptasinya juga cepet," tambah pelatih berjuluk Coach Naga Api tersebut.
Menurut Herry IP, Leo memiliki kecerdasan permainan yang tinggi. Hal yang sangat dibutuhkan oleh seorang playmaker. Bahkan, beberapa pemain ganda putra pelatnas Cipayung sering meledek Leo sebagai pemain yang licik.
"Tetapi saya bilangnya ke cerdik. Sebab, itu arahnya ke positif. Dia memang pinter membaca arah permainan. Akan tetapi kendala masih banyak,” kata Herry IP.
“Pertama jika dia hilang fokus, maka dia akan hilang sama sekali. Itu yang masih membutuhkan waktu. Kadang pedenya timbul, kadang bimbang dan ragu. Ini hal-hal yang harus segera dihilangkan. Kedua soal power. Dia masih muda dan masih sangat bisa ditingkatkan. Butuh waktu saja," tambah Herry IP.
Kelebihan lain Leo, kata Herry IP, adalah dia punya servis yang berkualitas dan susah untuk diantisipasi lawan. Shuttlecock hasil servis Leo sering kali melaju dengan kencang dan melintir. Dulu, Kevin Sanjaya Sukamuljo memiliki kualitas servis seperti ini. Lawan sangat takut dengan servis Kevin. Belakangan, sentuhan itu hilang.
Leo, tambah Herry IP, secara mandiri mampu menemukan cara servis yang berbahaya. Dia banyak menonton servis-servis berkualitas milik pemain lain, lalu melatihnya, dan mengadopsinya sebagai miliknya sendiri.
"Tinggal pedenya saja. Kalau lagi bagus, pemain lawan akan susah menerima servisnya. Tetapi kalau touch-nya hilang, ya bisa hilang. Padahal, Leo bisa mendapatkan empat sampai lima poin dari servis saja. Tetapi kalau lagi error, ya bisa nyangkut dan nanggung," kata Herry IP.
Sementara itu Daniel adalah tipe penggebuk yang agresif. Pada awal kemunculannya di level senior, Daniel 100 persen mengandalkan power. Sekarang sudah ada perubahan. Dia mulai bisa mengolah bola dan tidak selalu mengandalkan gebukan-gebukan keras.
Pergeseran permainan ini muncul karena Daniel belajar dari beberapa kekalahan. Terutama dari kekalahan pada perempat final All England 2022 melawan pasangan Tiongkok He Jiting/Tan Qiang. Saat itu, Daniel bermain agresif, habis-habisan, dan mengambil game pertama degan skor 21-15.
Tetapi di game kedua dan ketiga, power Daniel menurun. Ketika serangannya tidak mampu menembus defense lawan dan tenanganya mulai habis, Daniel menjadi kebingungan. Hasilnya, Leo/Daniel kalah dengan skor 16-21 dan 14-21 di game kedua dan ketiga. Andai Leo/Daniel menang, maka akan tercipta All-Indonesian Semifinal di All England 2022.
"Saya kasih tahu kepada Daniel bahwa bola harus diolah dulu. Pada turnamen ini (Indonesia Open 2023), tangannya mengalami cedera tennis elbow. Jadi dia tidak bisa lagi mengandalkan smes-smes kerasnya. Jangan sampai terus ngobral serangan.”
“Kemarin-kemarin dia memang sering obral serangan, maklum anak muda. Masih yakin dengan tenaganya yang besar. Bola naik hajar, naik hajar. Nah ketika sekarang tangannya sakit, dia mulai mencoba bermain pakai otak," kata Herry IP.
Herry IP yakin, dengan sering bertanding, Leo/Daniel akan mendapatkan konsistensi permainannya. Dalam dua tahun ke depan, jika tidak mengalami cedera parah, Herry IP memprediksi bahwa Leo/Daniel akan bisa menikmati hasil-hasil kerja keras mereka.
Dia memperkirakan, lawan terberat Leo/Daniel di masa depan adalah ganda Tiongkok Wang Chang/Liang Weikeng. Sebelum berpasangan dengan Liang pada awal 2022, Wang merupakan musuh utama Leo/Daniel sejak level junior.
Dengan modal yang mereka miliki saat ini, Herry IP yakin Leo/Daniel berpeluang mewakili Indonesia lolos ke Olimpiade Paris 2024. Persaingan, bahkan sejak di internal tim nasional Indonesia, bakal sangat keras.
Soal ini, pelatih sudah berbicara secara fair dengan para pemain ganda putra. Pasangan yang menduduki peringkat teratas, maka merekalah yang berhak berangkat ke Paris.
Jika misalnya ada tiga ganda Indonesia di posisi delapan besar, lalu pasangan veteran Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan nangkring di ranking atas, maka pelatih akan merestui mereka terbang ke Paris. Kecuali kalau Hendra/Ahsan merelakan posisinya untuk digantikan oleh pemain lain yang punya ranking lebih rendah.
Pendek kata, Leo/Daniel harus mati-matian memperjuangkan tiketnya ke Paris. Pelatih bisa memberikan program latihan dan dukungan moral. Pelatih fisik dan fisioterapis bisa membantu memperkuat tubuh dan mencoba menghindarkan mereka dari cedera. Sisanya, nasib akan berada di tangan Leo/Daniel sendiri. (*)
Editor: Ainur Rohman