Dejan/Gloria dan Sebuah Perjalanan Karier yang Sangat Tidak Terduga
AKHIR 2021. Dejan Ferdinansyah sebetulnya telah mantap menentukan masa depannya. Dari kampung halamannya di Garut, Jawa Barat, Dejan menyiapkan dua opsi. Pertama dia akan memulai karier baru di luar negeri. Kedua, dia akan tetap bermain bulu tangkis di dalam negeri. Tetapi berlaga pada turnamen-turnamen tarikan kampung alias tarkam.
Dejan merasa situasinya sudah mentok. Dia sudah tidak memiliki ruang di klubnya, PB Djarum. Sebab, PB Djarum tidak menyediakan tempat bagi pemain senior. Untuk sektor ganda campuran, PB Djarum memang hanya fokus pada pemain-pemain yang berusia maksimal 19 tahun. Saat itu, usia Dejan sudah memasuki 22 tahun.
Namun, tiba-tiba saja nasib Dejan berbalik ke arah yang tidak diduga-duga. Pelatih ganda campuran PB Djarum Vita Marissa menelepon agar dia bersiap-siap. Sebab, Vita mendapatkan informasi bahwa tiga pemain ganda campuran PB Djarum yakni Praveen Jordan, Melati Daeva Oktavianti, dan Gloria Emanuelle Widjaja akan terdegradasi dari Pelatnas Cipayung.
Ketiga pemain tersebut masih berada di usia yang baik dan ranking yang baik. Mereka punya potensi untuk masih berprestasi. Jadi, manajemen PB Djarum memutuskan untuk membangun tim ganda campuran senior yang dipimpin oleh Vita sebagai pelatih kepala. Fokus besar PB Djarum adalah membantu para pemainnya tersebut untuk lolos ke Olimpiade Paris 2024.
Praveen sendiri sudah pasti akan berpasangan dengan Melati. Sedangkan Gloria sulit untuk kembali berpartner dengan Hafiz Faizal. Sebab, Hafiz berasal dari PB Jaya Raya.
Nah, karena Gloria tidak punya partner, maka PB Djarum memiliki rencana untuk memasangkannya dengan Dejan. Dejan lalu menyambut tawaran tersebut dengan antusias. “Awalnya saya memang fokus untuk cari uang. Bisa main ke luar negeri atau dengan tarkam. Tetapi saya lalu dapat jalan yang menarik,” kata Dejan kepada saya.
Dejan merasa bahwa waktunya telah habis. Harapannya untuk kembali berlaga pada ajang-ajang besar tidak pernah bisa terealisasi. Dejan memang pernah bermain bersama Serena Kani pada Kejuaraan Dunia 2021 di Spanyol. Saat itu, dia menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada ajang tersebut. Sebab, seluruh skuad Indonesia memutuskan mundur dengan alasan takut terpapar wabah virus covid-19 varian omicron.
Dejan merasa bahwa Kejuaraan Dunia 2021 merupakan turnamen terakhirnya pada ajang-ajang besar internasional. Dia tidak pernah berpikir untuk bisa naik di panggung-panggung terbesar lagi. Apalagi, Dejan tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk membela Tim Nasional Indonesia.
Dejan mengatakan bahwa dia pernah masuk dalam daftar pemantauan dari PP PBSI untuk menembus pelatnas pada 2019. Itu karena dia dan Serena mampu mencapai semifinal Kejuaraan Nasional 2019 yang berlangsung di Palembang. Tetapi namanya tidak pernah hadir di Cipayung.
Vita Marissa sendiri ketika masih menjadi pelatih ganda campuran pelatnas mengaku tertarik dengan potensi Dejan. Dia mencoba membawa Dejan untuk bergabung dengan pelatnas. Sayang niat tersebut urung terjadi karena Dejan secara individu dianggap kurang berprestasi di level nasional.
’’Asesmen Dejan waktu itu kurang, juara sirnas (Sirkuit Nasional) kayaknya cuma sekali, yang lain delapan. Jadi kalau PBSI jadiin itu bahan pertimbangan dan nggak mau ambil dia, kita paham,” tutur Vita.
Karena tak pernah bisa menembus pelatnas, jadi saat Dejan mendapatkan info akan dipasangkan dengan Gloria, dia merasa sangat bersyukur. Dejan merasa bahwa ada kesempatan besar dan jalan kedua dalam kariernya. “Awal-awal memang canggung. Tetapi saya ingin memaksimalkan apa yang saya bisa. Dalam perjalanan waktu, saya banyak bertanya kepada pelatih dan ke Kak Glo,” kata Dejan.
Dejan/Gloria memulai debut pada All England 2022. Saat itu, mereka dihentikan unggulan keempat dan andalan Jepang Yuta Watanabe/Arisa Higashino pada babak 16 besar dalam straight game 19-21 dan 17-21. Yuta/Arisa akhirnya bablas menjadi juara.
Dejan/Gloria lantas melalui tiga turnamen lagi tanpa hasil yang benar-benar impresif. Baru pada ajang kelima, Dejan/Gloria mampu menjadi juara di Denmark Masters 2022. Ketika itu, Dejan/Gloria tampil sangat solid, hanya kehilangan satu game untuk merebut gelar perdana mereka sebagai partner.
Bagi Dejan, kemenangan di Denmark tersebut menghadirkan kepercayaan diri yang sangat tinggi. Setelah itu, Dejan/Gloria seakan tidak terhentikan. Dalam tiga turnamen beruntun setelah kemenangan di Denmark, mereka selalu sukses menembus final dan memungkasinya dengan juara. “Saya sendiri merasa semuanya agak cepat,” kata Dejan.
Berpartner dengan Gloria, bagi Dejan memiliki banyak tantangan. Hambatan pertama yang perlu dia lewati adalah mengatasi rasa canggung. Baik itu di lapangan maupun ketika latihan. Gloria, tentu sudah memiliki banyak pengalaman bertarung di turnamen-turnamen besar dunia. Sedangkan Dejan, baru hendak memulai karier barunya pada level atas.
Jadi, Dejan memilih fokus untuk memperbaiki kualitas dirinya sendiri. Terutama untuk meningkatkan kemampuan. Tiga hal yang perlu dia perbaiki adalah cara bermain, pola-strategi, dan cara berpikir. Tiga hal itu sudah masuk dalam ranah teknis dan non-teknis. “Masih banyak yang perlu saya perbaiki. Saya masih baru, skill masih biasa-biasa saja. Bisa disebut, ada tiga sampai empat tangga yang perlu saya lalui seiring dengan berjalannya waktu,” kata Dejan.
Setelah masa yang bagus dengan meraih empat gelar sepanjang 2022, Dejan/Gloria mulai menemukan banyak tantangan dalam menghadapi turnamen-turnamen di level yang lebih tinggi pada 2023.
Dejan mengaku sudah tidak tegang atau demam panggung. Memang ada satu atau dua pertandingan ketika dia merasa tidak nyaman dan tidak fokus. Contohnya saat menghadapi ganda campuran India Rohan Kapoor/Reddy N. Sikki pada perempat final Kejuaraan Badminton Asia 2023.
Dejan mengaku terlalu ingin melaju ke semifinal. Alhasil, dia malah dilanda ketegangan yang intens. Di sinilah, peran partner dan pelatih sangat besar dalam membantunya untuk memenangkan diri. Dejan akhirnya mampu melewati tantangan tersebut dan melaju ke semifinal.
Penampilan solid Dejan/Gloria, membuat PP PBSI melakukan langkah yang menarik. Mereka memutuskan memanggil Dejan/Gloria masuk dalam skuad Piala Sudirman 2023. Selain Dejan/Gloria, skuad Piala Sudirman Indonesia juga bermaterikan dua ganda campuran lain, Adnan Maulana/Nita Violina Marwah dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.
“Kaget juga saat itu dipanggil. Rasanya seperti mendapatkan keberuntungan dan tidak nyangka. Saya ini ada di luar pelatnas, eh tiba-tiba dipanggil. Ini pengalaman baru bagi saya. Mau main atau tidak, ini pengalaman berharga banget bagi saya,” kata Dejan.
Dejan/Gloria hanya bermain sekali di Piala Sudirman 2023. Mereka menghadapi ganda campuran nomor dua dunia dari Thailand Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai. Dejan/Gloria kalah dalam straight game 17-21 dan 19-21.
Walau begitu, Dejan merasa bahwa tampil pada ajang sebesar Piala Sudirman 2023 adalah hal yang luar biasa. Sebuah lonjakan karier pribadi yang besar. Mengingat, belum genap dua tahun sebelumnya, Dejan sudah bersiap untuk bertarung pada ajang-ajang tarkam.
***
Dejan kerap mengalami jalan hidup yang tidak terduga. Awalnya, dia fokus untuk berlatih sepak bola. Namun, ketika memasuki usia 11 tahun, Dejan mulai mengalihkan pandangannya pada bulu tangkis. Pengaruh itu Dejan dapatkan dari ayahnya, Dedi Darmansyah, yang suka bermain bulu tangkis.
Dejan menjadi lebih serius berlatih bulu tangkis ketika dia mengalami kekalahan pada turnamen sekolah dasar antar Kecamatan Kadungora di Garut. Dejan kalah telak pada pertandingan pertama. Dejan masih ingat, dia sangat sedih menelan kekalahan tersebut.
Kepada orang tuanya, Dejan meminta agar diperbolehkan berlatih bulu tangkis di sebuah klub dengan intens. Ayahnya, lalu memasukkan Dejan ke klub bernama Harum Sport Club. Setelah menerima pelajaran memukul dan melangkah tingkat dasar, Dejan pindah ke Bintang Badminton Club yang berada di Bogor.
Kepindahan tersebut sejatinya adalah “keterpaksaan”. Pada periode 2012, Dejan sebetulnya ingin bermain untuk klub-klub besar di Indonesia seperti PB Djarum, PB Exist Jakarta, atau Mutiara Cardinal, Bandung. Dejan mulai mengikuti audisi, tetapi terus gagal. Alhasil, dia pergi ke Bintang.
Selama di Bintang, Dejan mulai menunjukkan prestasi-prestasi kelas regional. Namun, di tengah perjalanan, Bintang bubar karena pemiliknya meninggal dunia. Situasi ini membawa dampak besar kepada Dejan. Dia terpaksa vakum selama setahun.
Pada saat menganggur itulah, PB Exist memanggilnya untuk bergabung pada 2017. Dejan menerima tawaran itu dengan tangan terbuka. Tetapi, Dejan tidak lama berada di PB Exist. Pada 2018, Dejan didegradasi karena PB Exist lebih fokus untuk melakukan pengembangan kepada pemain-pemain junior.
Dejan mau tak mau harus pulang ke Bogor pada akhir 2018. Dia menenangkan diri sekaligus berlibur. Satu bulan berada di rumah, Dejan mendapatkan telepon dari pelatih PB Djarum Antonius Budi Ariantho.
Antonius bertanya tentang kabar, kesibukan, dan aktivitas Dejan. Dejan menjawab bahwa dia telah keluar dari PB Exist. Mendengar itu, Antonius mengajak Dejan untuk bergabung ke sektor ganda PB Djarum yang berada di Jakarta. Pada awal Februari 2019, setelah menyelesaikan beberapa persyaratan administrasi termasuk surat keluar dari PB Exist, Dejan resmi bergabung di PB Djarum.
Manajer PB Djarum Fung Permadi mengatakan bahwa Dejan dipilih untuk berpasangan dengan Gloria karena dia pemain yang serius, punya semangat tinggi, dan memiliki teknik yang bagus. Fung dan tim pelatih di PB Djarum cocok dengan karakter itu. Karena itulah, PB Djarum mendorong dan membantu Dejan berprestasi bersama Gloria.
PB Djarum berkomitmen membantu semua kebutuhan Dejan dan Gloria sampai Olimpiade Paris 2024. Saat ini, turnamen-turnamen BWF sudah memasuki saat-saat genting yakni kualifikasi untuk Olimpiade Paris 2024.
PB Djarum akan berupaya keras untuk meloloskan ganda campuran mereka ke Paris. Kondisinya tidak akan mudah. Sebab, persaingan saat ini begitu ketat. Apalagi, Dejan/Gloria belum mendapatkan hasil impresif. Terbaru, pada Malaysia Masters dan Singapore Open, Dejan/Gloria sudah kandas pada babak kedua dan pertama.
“Salah satu hal positif dari pasangan ini adalah Gloria memiliki kedewasaan untuk ngemong Dejan. Dejan ini tidak punya pengalaman sama sekali. Dia pelatnas belum pernah. Jadi seperti ada ruang kosong,” ucap Fung.
Menembus Olimpiade, bukan pekerjaan yang gampang. Menurut Fung, banyak yang harus Dejan perbaiki. Contohnya ketika dia tiba-tiba hilang fokus dalam pertandingan. Fung menekankan agar Dejan/Gloria tidak gampang untuk membuang-buang poin dalam pertandingan. Setiap poin, harus diperjuangkan.
Pelatih kepala ganda campuran PB Djarum Vita Marissa mengatakan bahwa saat ini merupakan momen pembuktian bagi Dejan/Gloria. Tahun lalu, kata Vita, start Dejan/Gloria ketika mulai berpasangan dan berlaga di turnamen-turnamen level bawah memang sangat bagus. Sekarang, tugas Dejan/Gloria adalah meneruskan tren tersebut di level yang lebih atas.
“Tetapi sekarang yang kita lakukan adalah proses, Mas. Karena semua ini kan hal baru untuk Dejan. Jadi, marilah kita bersabar untuk menunggu Dejan berproses. Mudah-mudahan waktunya nggak lama supaya dia bisa ada di posisi atas,” kata Vita kepada saya.
“Masih banyak PR yang harus dikerjakan. Kombinasi ini kan baru satu tahun lebih dikit. Jadi fokusnya lebih ke rotasi dan kebiasaan masing-masing individu. Soal mentalitas sudah disiapkan. Tetapi terkadang dalam praktiknya, memang berbeda dalam setiap pertandingan,” tambah Vita.
Dejan sendiri menjawab tantangan untuk lolos ke Olimpiade ini dengan bersemangat. Walaupun hasilnya belum bagus, dia berjanji akan terus berusaha. “Sebab ini ada klub yang mau support untuk lolos ke Olimpiade. Nggak semua dapat kesempatan ini. Jadi memang harus dimaksimalkan. Saya akan fight,” tekadnya.
***
Gloria Emanuelle Widjaja telah menyiapkan ketegaran hatinya. Sebab sudah selama berbulan-bulan, Gloria menanggung kekecewaan dan kekhawatiran soal masa depan.
Tanda-tanda itu sudah terlihat. Dalam beberapa kejuaraan bulu tangkis internasional, Gloria dan pasangannya Hafiz Faizal tidak diberangkatkan oleh PBSI. Gloria sadar dirinya akan segera terlempar dari Pelatnas Cipayung.
Kabar buruk itu kemudian datang pada awal 2022. PBSI yang mengaku memilih berfokus mengembangkan pemain muda, memutuskan memulangkan beberapa pemain senior, termasuk Gloria. Gloria mencoba bersikap tenang setelah mendengar kabar pencoretan itu. Gloria kembali mengingat alasan awal mengapa dirinya menikmati bulu tangkis. Ketika bermain dengan penuh kesenangan bersama sang ayah di sore yang hangat.
Usia Gloria saat itu masih 7 tahun. Tangannya juga tidak membawa raket untuk bermain. Itu hanyalah tutup panci besar yang terbuat dari besi. Gloria bukan berasal dari keluarga atlet, jadi saat itu, dia bermain cuma untuk mengisi waktu senggang sambil bercanda gurau bersama keluarga.
Lama-kelamaan dari kesenangan di depan teras rumah itulah, yang membuat sang ayah melihat bakat dan kemauan Gloria. Tutup panci yang berasal dari usaha katering sang ibu, kemudian berubah menjadi raket bulu tangkis, hadiah dari sang tante. Melihat itu, sang ayah mulai mencarikan klub di dekat rumah masa kecil Gloria di Bekasi, Jawa Barat.
Gloria mengaku bukanlah anak yang cukup pintar dan cenderung malas belajar. Saat dihadapkan dengan pilihan sekolah dan bulu tangkis, dengan mantap dia menetapkan pilihan pada bulu tangkis. Baginya, bulu tangkis adalah teman yang telah bergandengan dengannya hampir sepanjang hidup.
“Soalnya kalau sekolah juga nggak pintar-pintar banget kan, jadi sudah males belajar, males baca, jadi ya sudah bulu tangkis aja, aku bilang gitu,” kata Gloria sambir tertawa kepada BWF TV.
Kemauan, keseriusan, dan cara Gloria menikmati bulu tangkis inilah yang membuatnya menonjol dibandingkan anak-anak lain. Hal yang membawanya mendapatkan rekomendasi untuk seleksi di PB Djarum. Sayang, saat ingin seleksi di PB Djarum, Gloria menghadapi kendala. Dia tidak memiliki biaya untuk berangkat ke Kudus.
Mimpi itu harus Gloria pendam untuk sementara waktu. Dia tetap menjalani kesenangannya bermain bulu tangkis dan menerima ajakan latih tanding dengan sejumlah pemain lainnya. Hingga akhirnya mimpi itu kembali mengembang. Saat itu, Gloria berlatih dengan anak pemain ganda putra peraih perak Olimpiade Barcelona 1992, Rudy Gunawan. Rudy tertarik dengan cara bermain Gloria. Dia akhirnya mengajaknya bergabung dengan PB Djarum di Jakarta.
“Sehari dua hari latihan bareng, besoknya langsung masuk asrama. Makanya aku nggak tahu keadaan anak-anak pas lagi audisi. Aku nggak pernah ngerasain audisi,” kata Gloria.
Pengalaman dalam menghadapi segala rintangan dengan tulus inilah, yang membuat Gloria tetap mencoba tenang saat keluar dari pelatnas. Dia bersama Hafiz sudah menyiapkan diri dan menguatkan hati. Tetapi sayangnya, itu juga akhir dari perjalanan mereka berdua sebagai pasangan ganda campuran bulu tangkis Indonesia.
Alasannya saat itu sederhana. Hafiz dan Gloria berasal dari dua klub yang berbeda. Hafiz bergabung dengan PB Jaya Raya, sedangkan Gloria bernaung di bawah PB Djarum. Gloria saat itu merasa memiliki tanggung jawab untuk PB Djarum. Dia akan disiapkan untuk Olimpiade Paris 2024. Apalagi setelah sebelumnya Gloria dengan dramatis gagal melangkah ke Olimpiade Tokyo 2020.
“Ada pilihan ke situ juga (tetap berpasangan dengan Hafiz secara profesional). Jadi, sebenarnya semua pilihan memang ada di aku, aku yang nentuin. Cuma, aku memilih ke klub, dengan partner baru, dengan perjalanan yang baru lagi. Hafiz menerima keputusan itu. Aku juga menjalani apa yang sudah aku putuskan,” kata Gloria dikutip dari wawancara dengan Jawa Pos.
Saat kembali ke PB Djarum itulah Gloria memasuki bab baru dalam karier bulu tangkisnya. Dia berpasangan dengan pemain yang hampir 7 tahun lebih muda, Dejan Ferdinansyah.
Tentu ini bukan hal yang mudah. Gloria mengakui sempat kesulitan untuk berkomunikasi dengan Dejan di lapangan. Dia terkadang sadar akan mengomel tanpa kontrol saat sedang meluap-luap. Tapi Dejan juga sadar ada kebaikan di setiap perkataan Gloria. Keduanya mencoba saling memberikan kompromi.
Gloria yang lebih senior, ingin menurunkan egonya, memulai dari awal untuk membimbing Dejan. Dejan yang lebih muda memiliki kemauan untuk terus belajar dari pengalaman-pengalaman penting Gloria. Dejan dan Gloria juga terus meningkatkan komunikasi dengan kerap berbincang ringan di luar lapangan.
Dejan dan Gloria tentu saja kecewa dengan beberapa kekalahan terakhir. Apalagi mereka mampu bermain cukup baik di beberapa pertandingan. Salah satunya dengan mengalahkan pasangan asal Tiongkok yang sedang naik daun Feng Yanzhe/Huang Dongping di babak pertama Kejuaraan Asia 2023.
Namun keduanya juga merasa telah mendapatkan banyak pelajaran. Mereka tidak berpuas diri dan mencoba terus batasan-batasan yang ada. Mencoba menikmati bulu tangkis sambil mengingat segala pengorbanan dan ambisi mereka. Dejan dan Gloria ingin menembus Olimpiade Paris 2024.
“Jadi, keep going aja terus. Kami nggak mau mikirin yang gimana-gimana. Kami benar-benar fokus satu per satu,” ucap Gloria. (*)
Tulisan ini mendapatkan bantuan dari Rizaldy Prasetya