.
Share this Post:

Bulu Tangkis Menyelamatkan Kunlavut Vitidsarn dari Kesakitan yang Menyiksa

SELAMA sepersekian detik, suasana hening terasa di Tokyo Metropolitan Gymnasium. Ribuan orang tengah menanti ke mana arah shuttlecock yang telah melambung tinggi itu akan mendarat.

Sang pemukul shuttlecock itu, Kunlavut Vitidsarn terperangah sambil berjalan mundur perlahan. Daya juangnya masih ada, namun sinarnya mulai memadam. Dia menyaksikan shuttlecock itu keluar, hanya beberapa sentimeter saja, tetapi tetap saja keluar dari garis permainan.

Sambil tersenyum masam, Kunlavut hanya dapat menatap lawannya, Viktor Axelsen yang merayakan gelar juara dunia 2022. Pada momen itu, tatkala seisi stadion bergemuruh dengan riuh tepuk tangan, nyala juang Kunlavut ikut musnah.

Perasaan muram dapat terasa di balik senyuman Kunlavut pasca pertandingan. Sebab laga itu adalah kesempatan sempurna untuk mewujudkan salah satu impian terbesarnya. “Karena tujuan saya adalah menjadi juara dunia, juara Olimpiade, dan juara All England,” ujar Kunlavut dilansir dari Stadium TH.

Tetap saja, meskipun kalah, pencapaian Kunlavut sangat patut dihargai. Pada usia 20 tahun, dia bermain dengan penuh percaya diri di panggung besar melawan tunggal putra nomor satu dunia, peraih emas Olimpiade, dan mantan juara dunia.

Hasil akhir, Kunlavut kalah telak 5–21, 16–21 pada final Kejuaraan Dunia 2022. Itu adalah kekalahan kelima melawan Axelsen. Tidak cuma kalah, Kunlavut terdominasi total. Dia tidak pernah meraih satu game pun. Tetapi, Kunlavut tetap memiliki keteguhan hati dan tekad resistan untuk bangkit serta mencobanya kembali.


Baca selengkapnya...