Bisakah Mengatasi Suporter Problematik di Indonesia?
LIGA rusak, wasit rusak, suporter rusak, top. Pernyataan sikap yang solid dari bek Persis Solo Abduh Lestaluhu. Bagi saya, inilah kritik terbaik yang pernah dilontarkan pemain sepak bola aktif di tanah air. Puncak kegusaran dari silang sengkarut sepak bola nasional.
Sekarang pertanyaannya, siapa yang bertanggung jawab? Sejatinya jawabannya sangat sederhana: PSSI. Tapi, segalanya tidak sesederhana itu. Liga rusak dan wasit rusak bisa dilakukan perbaikan melalui federasi. Namun, suporter rusak lebih kompleks masalahnya.
Saya kali ini memilih membahas suporter rusak. Penanganan suporter ini jauh lebih rumit dan melibatkan banyak pihak ketimbang liga rusak dan wasit rusak. PSSI tanpa peran pemerintah dan aparaturnya tidak akan cukup untuk menangani problem suporter rusak ini.
Jauh sebelum Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022, saya pernah menulis tiga seri tulisan di Jawa Pos, tepatnya pada 2018. Premisnya sederhana, perlukah UU Suporter di Indonesia? Sebab, problem kisruh suporter dan tumbangnya nyawa manusia karena sepak bola sudah sering terjadi di negeri ini.
Kegusaran itu bermula dari tidak adanya regulasi yang detail tentang suporter dan penegakan hukumnya juga lemah. Pernah ada suporter yang dijatuhi sanksi larangan menonton sepak bola seumur hidup di stadion-stadion tanah air, tapi pengurus PSSI berganti hukuman diputihkan.
Baca selengkapnya...