.
Share this Post:

Assalamualaikum Jadi Pintu Menuju Carlos Queiroz

MUSIM panas tahun genap selalu menjadi momen yang saya nantikan sejak duduk di bangku SD. Piala Dunia bergantian dengan Piala Eropa atau Euro tentu saja jadi alasan utamanya. Liburan panjang sekolah lebih bermakna, begadang pun dibolehkan.

Ketika dewasa dan memilih menjadi jurnalis olahraga, musim panas tahun genap menjadi momen paling deg-degan. Saya nantikan kehadirannya sekaligus berdebar menunggu kepastian akan akreditasi liputan secara langsung di negara tuan rumah.

Saya beruntung karena nyaris setiap event yang dilaksanakan UEFA, selalu mendapatkan akreditasi. Pernah meliput Liga Champions serta dua kali Piala Eropa, yakni pada Euro 2012 di Polandia-Ukraina dan Euro 2016 di Prancis. Tapi, event FIFA, peruntungan saya rada seret.

Akreditasi dari FIFA saya dapatkan saat Piala Dunia Antarklub 2009. Sebab, pendaftaran langsung dilakukan ke FIFA, bukan melalui PSSI. Apabila melalui PSSI, ini problemnya. Saya tidak dapat. Lagipula ngapain juga PSSI memberikan akreditasi kepada jurnalis yang doyan kritik kebijakan mereka.

Nah, liputan tanpa akreditasi ini lebih menantang. Terutama bagi saya yang selalu penasaran masuk ke pemusatan latihan kontestan Piala Dunia. Tanpa akreditasi, itu nyaris mustahil. Namun, tiada hasil yang mengkhianati usaha. Saya pernah melakukannya. Bukan hanya sekali.


Baca selengkapnya...